Subscribe:

Beluh Sara Roleten Murum Sara Tamunen

  • Ruang Tamu

    Mes Gayo Lues menyediakan Ruang Tamu/Loby yang nyaman dan mewah

  • Kamar Tidur

    Mes Gayo Lues Memeberikan Kamar Tidur dengan desain yang mewah di lengkapi dengan pasilitas yang dibutuhkan

  • Bangunan Mes Gayo Lues

    Kemegahan Bangunan Mes Gayo Lues Memberikan Kenyamanan Tersendiri bagi pengunjungnya

Kamis, 23 Mei 2013

Life is a Game


Play,... Enjoy

Apa makna hidup ini untuk anda?  Macam-macam ya?  Mungkin anda memaknainya sebagai perjuangan, belajar, ibadah, dan sebagainya.  Semua itu tentu sah-sah saja.  Yang penting masih di dalam koridor kebaikan.

Memaknai hidup secara definitif sangat penting bagi kita.  Dengannya kita akan menjalani hidup itu dengan kejelasan.  Tujuan yang jelas.  Arah yang jelas.  Aturan yang jelas.  Proses yang jelas.  Meski demikian, kita tidak akan kehilangan fleksibelitas, warna dan variasi dalam hidup.

Tulisan ini memberikan alternatif makna hidup itu tanpa mesti mengesampingkan makna hidup yang anda yakini sekarang.  Alternatifnya yaitu: “Life is a game.  Hidup adalah permainan”.

Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata ‘games’?  Mungkin Play Station, menyenangkan, asyik, games di computer, level, hadiah, menang, kalah, bisa diulang, dan sebagainya.  Nah, hidup ternyata banyak sekali kesamaannya dengan permainan di Play Station itu.

Jadi, ketika anda memaknai hidup anda sebagai permainan, maka anda sadar bahwa:

* Anda dapat menikmati hidup anda, apapun yang terjadi. 

Susah senang bisa anda nikmati.  Menikmati kesenangan tentu sudah biasa, tapi menikmati kesusahan?  Nah, di situlah letak keasyikan permainan hidup ini.

* Anda dapat mengulang hidup anda. 

Memperbaiki kesalahan-kesalahan tanpa terbebani olehnya.  Karena kesalahan adalah hasil tindakan.  Dan tindakan adalah muara dari bergeraknya potensi-potensi anda.  Jadi, apa salahnya dengan kesalahan?  Ia sudah terjadi.  Jangan menyalahkan kesalahan.  Tak ada gunanya.

* Anda berada di suatu level permainan tertentu dengan berbagai masalah dan tantangannya. 

Dengan terus main, anda akan dapat melewati level itu dan memasuki level baru yang lebih mengasyikkan.

* Semua orang di dunia ini adalah kawan-kawan anda. 

Anda akan menemukan bahwa sebenarnya orang-orang di sekitar anda – apakah mereka baik atau buruk sikapnya – adalah kawan main dalam game of life anda. Mau kah anda main sepak bola tanpa lawan?  Dengan lawan yang sepadan, permainan akan menggairahkan.  Karena itu, pada hakikatnya semua orang adalah kawan ‘main’ anda.

* Anda terbebas dari semua ketakutan yang tidak perlu. 

Dengan menjadi pemain dalam game of life, mengalami hal-hal yang misterius (hal-hal yang  tadinya anda takuti) jauh lebih berharga dari kehilangan hal-hal yang anda miliki.  Dan untungnya, gairah untuk main itu justru membuat hal-hal yang ditakutkan itu tidak terjadi.

* Anda bisa dengan lebih mudah memperoleh hal-hal yang anda inginkan.

Dengan menjadi pemain dan terlepas dari ketakutan, anda membebaskan potensi-potensi anda.  Anda mengaktifkan salah satu law of life yang sangat kuat yaitu, The Law of Attraction, Hukum Tarik Menarik.  Anda pun bisa focus pada hal yang anda inginkan, bukan hal yang menghalanginya.  Dan ketika anda focus pada keinginan anda, anda memusatkan sumberdaya anda padanya.  Anda kembali mengaktikan Law of Life lain :  The Law of Action.  Inilah juga yang membuat keinginan itu lebih mudah anda dapatkan.

* Anda bisa hidup penuh ketenangan.

Anda sadar anda adalah pemain yang sebenarnya tak punya apa-apa.  Anda hanya diberi hak untuk bermain.  Orang yang tak punya apa-apa tidak akan kehilangan apa-apa.  Inilah anugerah yang luar biasa dari Yang Maha Kuasa.  Tidak punya apa-apa, tapi boleh main dan menikmatinya.   Wow…

* Ada aturan-aturan main yang justru membuat anda bebas.

Ada aturan dalam setiap permainan, termasuk permainan hidup.  Aturan ini ada agar para pemain bisa bebas bermain.  Tanpa aturan, pada hakikatnya tidak ada kebebasan.

* Anda menjadi pemain, bukan korban permainan. 

Dengannya anda betul-betul bisa memegang kendali atas hidup anda.  Berbeda dengan orang-orang yang tidak menjadi pemain.  Mereka seperti robot yang tak punya kendali atas diri mereka sendiri.   Mereka dikendalikan oleh tiga hal : orang lain, hal-hal yang mereka miliki dan hal-hal yang terjadi pada diri mereka.  Para pemain sebaliknya.

Karena itu, jadilah pemain.  Ambil keputusan tegas untuk menjadi pemain.  Hidup anda dan diri anda sendiri terlalu berharga bila anda hanya menjadi korban permainan.  Jadilah pemain.

Buat orang-orang di sekitar anda untuk menjadi pemain juga.  Jangan buat mereka menjadi korban permainan anda.  Bila anda melakukannya, akan datang saatnya ketika anda yang menjadi korban.  Tidak ada yang lebih tragis dari seorang pemain yang mengira dirinya pemain, padahal ia adalah korban.  Korban siapa? Korban permainannya sendiri.  

sumber : http://www.pengembangandiri.com/articles/69/1/Life-is-a-Game/Page1.html

5 Prinsip Mengikis Kenegatifan


Kikis sebelum membesar, Cegah sebelum datang

Diri kita diciptakan Tuhan dengan potensi kebaikan (nurani) dan keburukan (ego).  Tugas kita yang kemudian dipandu oleh para nabi, orang-orang besar, dan para pemimpin yang baik adalah mengoptimalkan potensi kebaikan itu dan meminimalkan potensi keburukan.  Memang mengikis kenegatifan bukan perkara mudah.  Sulit malah.  Ia menyangkut mengenali dan mengendalikan ego  yang luar biasa cerdasnya.

Sulit, tapi harus dilakukan. Kenapa?  Karena bila tidak, kesulitannya akan makin besar.  Dan itu jelas membuat kita makin kecil saja di hadapan kenegatifan itu.  Maka akan datang saatnya ketika potensi kebaikan kita sekarat.  Maka di saat ini, kenekatan pun terjadi.  Kita nekat untuk benar-benar berniat jadi negatif.  Bila ini terjadi, perbedaan kita dengan iblis pun setipis hembusan nafas.

Sebelum itu terjadi, mengikis kenegatifan menjadi penting untuk dilakuan terus menerus.  Maka lakukan langkah-langkah yang tepat dengan takaran yang cukup.  Maka kenegatifan yang membelenggu kita seperti : malas, menunda, berbohong, merokok, berjudi, minuman keras, mencandu pornografi, narkotika, kemarahan, kesedihan berlebihan, kesombongan, korupsi, dan sebagainya akan terkikis.

Saya memilih lima langkah dalam hal ini:

1. Niat Teguh

Segala sesuatu dimulai dari niat bukan?  Dan segala tindakan letak nilainya ada pada niatnya.  Maka niatkanlah untuk terus mengikis kenegatifan diri.  Saya buat rumus niat teguh sebagai berikut :  Niat Teguh = Keinginan * Kesiapan untuk Belajar * Kesiapan hadapi masalah apapun.

Rumus niat teguh ini terdiri dari tiga hal tersebut.  Dan dihubungkan dengan tanda perkalian, bukan penambahan.  Maksudnya ketiga hal itu harus ada.  Bila salah satu tak ada (nilainya nol), karena rumusnya dikali, maka nilai niatnya otomatis nol juga.

2. Keputusan Detail dan Jelas

Niat harus ditingkatkan jadi keputusan detail dan jelas.  Tanpa ini, niat akan mengambang.  Keputusan detail ini diantaranya:

· Kenegatifan apa yang akan dikikis?

· Akan lakukan perubahan drastis (sekaligus berubah) atau gradual (bertahap)?

· Daftar tindakan detail dan jelas.

· Orang-orang negatif mana yang akan kita tinggalkan?

· Situasi negatif mana yang menunjang terjadinya kenegatifan diri kita?

· Peralatan penunjang kenegatifan mana yang akan kita buang?

· Kapan semua hal itu akan dilakukan?

3. Melepas Kenikmatan Sekunder

Kenapa kita melakukan hal-hal negatif sampai hal-hal itu jadi kebiasaan?  Karena kita merasakan adanya kenikmatan.  Itulah kenikmatan sekunder.  Secara primer kita tahu itu salah dan negatif.  Tapi tindakan itu juga berikan kenikmatan.  Nah, karena kenikmatan ini lah maka kita melakukannya.  Maka sadari bahwa kenikmatan itu sekunder saja sifatnya.  Artinya, ada kenikmatan primernya.  Merokok itu nikmat.  Bila niat telah teguh untuk berhenti merokok, maka mulailah tidak menginginkan kenikmatan sekundernya.  Inginkan kenikmatan primer berhenti merokok.  Rasakan kenikmatan ketika anda berhasil tak tergoda untuk merokok.  Wuah, itu nikmat sekali lho… Kenikmatan yang berasal dari rasa kuasa atas diri anda sendiri.

4. Melakukan hal-hal positif

Tidak melakukan hal-hal negatif tidak cukup.  Biasanya tidak tahan lama.  Maka anda perlu lakukan hal-hal positif.  Untuk menggantikan kekosongan yang ditinggalkan oleh hal-hal negatif.  Beberapa waktu lalu, saya terlalu banyak nonton TV.  Untuk mengikisnya, saya lakukan langkah-langkahnya.  Saya berniat teguh.  Saya buat keputusan detail dan jelas.  Saya benci kenikmatan sekundernya.   Dan saya gantikan waktu nonton TV untuk lakukan hal-hal positif.  Main sepeda.  Membaca.  Tulis buku.  Main sama anak-anak. Dan sebagainya.

Ini berkaitan dengan syaraf di otak kita.  Sebuah pemutusan hubungan antara sel-sel syaraf akan permanen bila dibentuk hubungan baru.  Perselingkuhan akan benar-benar berakhir, bila selingkuh itu diakhiri dan dibangun hubungan sehat dan penuh cinta dengan pasangan (suami/istri) sah kita.  Bila hanya memutus perselingkuhan tanpa membangun hubungan sehat dan penuh cinta, maka akan terbentuk lagi hubungan selingkuh lagi.  Apakah dengan selingkuhan yang lama atau dengan yang baru.

5. Lakukan hal-hal Produktif

Langkah ini penting agar perubahan dan kebaikan kita konsisten.  Produktif beda dengan positif.  Produktif pasti positif.  Tapi positif belum tentu produktif.  Tiap pagi saya antar anak-anak ke sekolah.  Itu positif.  Tapi tak produktif.  Buat catatan di facebook positif.  Produktifkah? Pasti.  Maka prinsip ke lima ini penting.  Kemajuan berasal dari kegiatan produktif.  Tapi kegiatan produktif tak bisa kita lakukan bila kegiatan positifnya keteteran.

Semoga bermanfaat ya temans…

Mohon para pemimpin kita didoakan.

Agar membuat kebijakan yang positif dan produktif untuk rakyat miskin.
sumber : http://www.pengembangandiri.com/articles/84/1/5-Prinsip-Mengikis-Kenegatifan/Page1.html

Jumat, 10 Mei 2013

Sejarah Masjid Asal di Kabupaten Gayo Lues


Masjid Asal merupakan salah satu peninggalan sejarah terpenting
yang harus dilestarikan di dataran tinggi Gayo dan Alas. Sampai
saat ini masjid ini masih berdiri megah di pinggir sungai Desa
Penampaan Belah Imam dengan pesona masa lalunya. Tepatnya,
masjid ini berada di Kecamatan Blangkejeren - Kabupaten Gayo
Lues, kira-kira berjarak sekitar 700 meter dari komplek Pendopo
Bupati Gayo Lues.
Sekilas Sejarah Masjid Asal – Penampaan, Gayo Lues
Sebuah sumber mengatakan bahwa masjid Asal - Penampaan
didirikan pada tahun 815 H/1412 M. Jika informasi ini akurat,
berarti masjid Asal didirikan dalam masa Kerajaan Pasai. Sebab
setidaknya, Kerajaan Pasai telah berdiri dari tahun 1282 M,
(Ibrahim Alfian, 2004: 26) dan jatuh dalam kekuasaan Kerajaan
Aceh Darussalam di tahun 1524 M, (Amirul Hadi, 2004: 13).
Sejak pendiriannya sampai saat ini masjid Asal-Penampaan
tidak pernah dirombak dan tetap difungsikan oleh masyarakat
sekitar sebagai tempat ibadah. Masjid ini dipandang keramat oleh
masyarakat sekitar, sebab secara logika bangunan berkonstruksi
kayu seperti masjid ini tidak mungkin dapat bertahan sampai 500
tahun. Namun kenyataannya, masjid Asal-Penampaan masih tetap
berdiri kokoh sampai sekarang.
Masjid Asal juga menjadi dasar pemberian nama kampung di
mana masjid itu berada. Nama Desa Penampaan berasal dari kata
“penampaan” yang artinya “penampakan/tampak atau terlihat”.
Konon menurut riwayat, di masa lalu masjid ini bisa dilihat dari
berbagai wilayah di Gayo Lues. Mungkin hal ini disebabkan
oleh kondisi wilayah sekitar masjid Asal yang merupakan daerah
datar dan masih minim dihuni penduduk. Dengan demikian ia
bisa dilihat dari berbagai arah yang umumnya berdataran tinggi.
Oleh karena itu, daerah di mana masjid Asal berada disebut Desa
Penampaan (yang tampak dari berbagai arah).
Masjid Asal-Penampaan didirikan atas prakarsa beberapa
tokoh dan pemuka agama. Dari beberapa sumber yang berhasil
dihimpun, tokoh pendiri masjid ini adalah sebagai berikut:
1. Datok Masjid
2. Syekh Siti Mulia
3. Syekh Said Ibrahim
4. Syekh Said Ahmad
5. Syekh Abdurrahman
6. Syekh Abdullah
7. Syekh Abdul Wahab
8. Said Hasan
9. Said Husin
10. Syekh Abdul Qadir
11. Said Ali Muhammad
12. Datok Gunung Gerudung
13. Mamang Mujra
Masjid ini dinamakan masjid Asal karena merupakan masjid
yang pertama sekali dibangun di wilayah sekitar Gayo Lues dan
Aceh Tenggara. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai “Masjid
Asal” yang konotasinya adalah asal-muasal pendirian masjid di
seluruh Gayo Lues dan sekitarnya.
Bangunan fisik masjid Asal dibina dengan kostruksi yang
bahan utamanya adalah kayu. Bahan-bahan bangunan masjid
ini diperoleh dari pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar
desa, bebatuan sungai serta tanah kuning yang ada di sekitar
masjid itu sendiri. Bahan-bahan dasar yang digunakan pada saat
pembangunan masjid ini masih utuh bertahan sampai sekarang,
termasuk dinding dari tanah kuning.
Arsitektur masjid Asal Kampung Penampaan mengikuti
karakteristik arsitektur masjid tradisional Aceh yang berkembang
selama berabad-abad. Arsitektur masjid seperti ini sudah jarang
ditemukan di masa sekarang, kecuali pada masjid yang dibangun
Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila dengan mengadopsi
arsitektur masjid Demak. Arsitektur masjid yang khas ini menjadi
bukti terhubungnya kerajaan Demak dengan Aceh dalam
pengembangan Islam di Nusantara. Dengan demikian, masjid
Asal merupakan salah satu masjid bersejarah yang merekam jejak
pengembangan Islam di Aceh dan Indonesia umumnya.
Arsitektur tradisional bangunan Masjid Asal segera memberi
kesan kepurbakalaan masjid ini. Kesederhanaan konstruksinya
memancarkan kharisma dari kemegahan Islam masa lalu. Kubah
masjid berbentuk runcing berwarna hitam pekat terbuat dari
logam. Atapnya terbuat dari ijuk (serat serabut pohon aren) serta
plafon yang dibuat dari pelepah aren yang dirajut dengan rotan.
Masjid berukuran luas 8 x 10 meter ini dikelilingi oleh dinding
yang terbuat dari tanah kuning di sepanjang sisi tiang sebelah luar.
Empat tiang penyangga utama masjid dihubungkan dengan empat
balok kayu sebagai penyokong kubah dan atap Masjid. Menurut
masyarakat setempat, keempat tiang tersebut merupakan kayu
pilihan yang diambil dari beberapa desa. Dua di antaranya diambil
dari desa Gele-Penampaan, menjadi pelengkap keenambelas tiang
yang masih berdiri dengan kokoh sampai saat ini.
Di bagian luar sebelah kiri masjid terdapat makam para
pendiri masjid. Mereka merupakan tokoh agama yang disegani,
salah seorang di antaranya dikenal sebagai tokoh penyebaran
agama Islam di dataran tinggi tanah Gayo.
Di halaman masjid terdapat sebuah sumur tua yang
dahulu digunakan sebagai sumber air untuk berwudhuk. Dalam
perkembangannya kemudian, sumur ini mulai jarang digunakan.
Namun air sumur ini masih tetap diambil masyarakat meskipun
untuk maksud yang lain. Konon menurut penuturan masyarakat,
sumur tersebut disebut “Telaga Nampak” yang keramat. Air dari
sumur ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit,
menyegarkan jasmani dan digunakan sebagai air untuk tepung
tawar (pesejuk) dalam berbagai acara masyarakat.
Menilik tahun pendiriannya (1412 M), jika ini valid maka
dapat disimpulkan bahwa masjid ini telah berdiri jauh sebelum
berdirinya kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Aceh Darussalam
adalah kerajaan pertama yang menyatukan seluruh wilayah Aceh
dalam satu kekuasaan. Catatan sejarah menunjukkan bahwa upaya
penyatuan oleh Kerajaan Aceh Darussalam ini dimulai dengan
ditaklukkannya kerajaan Daya pada tahun 1520 M.
Di masa kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam, pengelolaan
dan perawatan masjid Asal diemban oleh pejabat kerajaan Kejurun
Patiambang. Kejurun Patiambang merupakan salah satu dari enam
kejurun di daerah Gayo. Keenam teritori tersebut adalah; Kejurun
Bukit, Kejurun Linge, Kejurun Siah Utama, Kejurun Patiambang,
Kejurun Bebesan, dan Kejurun Ambuq. (lihat Snouck Hurgronje,
1996: 107, dst. dan H. M. Gayo, 1983: 51). Untuk pengelolaan mas-
jid Asal, Raja Patiambang mengangkat Reje Cik yang ditugaskan
untuk merawat dan mengelola pelaksanaan kegiatan keagamaan
di Masjid Asal.
Masjid Asal telah mengalami beberapakali renovasi. Pada
tahun 90-an masjid ini di rehab bagian luarnya dengan pemasangan
tembok keliling di sekitar masjid sampai ke perkuburan. Lalu
pada tahun 1989, dilakukan pemasangan kaca pada lubang angin
bagian atas (kubah masjid).
Rehabilitasi di atas dilakukan dalam masa daerah ini masih
masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Lalu pada tahun
2002, daerah ini masuk dalam wilayah pemekaran Kabupaten
Gayo Lues. Maka Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues
melakukan rehabilitasi Masjid Asal, dan menjadikan masjid ini
sebagai icon Kabupaten Gayo Lues.
Pada tahun 2008, masjid Asal direhab kembali dengan
bantuan dana dari BRR NAD-Nias, namun tidak merombak
bangunan dasarnya. Pada masa ini dibangun mesjid baru dengan
konstruksi beton berukuran 60 x 40 meter berdampingan dengan
mesjid lama yang berkonstruksi kayu. Dengan demikian masjid
Asal menjadi dua bagian, bagian utama merupakan bangunan inti,
yaitu masjid Asal yang asli. Sedangkan bagian kedua merupakan
masjid baru sebagai perluasan masjid Asal, sehingga pengujung
akan medapati dua ruang berbeda di dalam masjid.
Masjid Asal Penampaan dipadati pengunjung pada setiap
hari Jumat, mulai dari subuh sampai masuk waktu shalat Jumat.
Para pengunjung berdatangan dari berbagai daerah, baik dari Aceh
sendiri maupun dari luar Provinsi Aceh. Biasanya pengunjung
datang untuk bersedekah, memenuhi niatan dan melunasi
nazar mereka. Selain hari Jumat, masjid akan dipadati pada saat
perayaan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi‘raj,
Megang Ramadhan dan Megang Hari Raya (Idul Fitri dan Idul
Adha). Pada saat-saat seperti ini, masjid akan dipadati pengunjung
untuk beribadah dan memenuhi nazar mereka.
Masjid Asal-Penampaan masih banyak menyimpan misteri
sejarah kehidupan masyarakat Gayo Lues yang belum tergali. Pada
masa kejayaan Kerajaan Aceh, daerah ini dipimpin oleh Kejurun
Patiambang yang banyak berkontribusi bagi hidupnya beragam
adat dan budaya dalam masyarakat. Di masa penyerbuan Kolonialis
Belanda ke tanah Gayo, konon masjid ini pernah dibom, tapi
anehnya bom itu tidak meledak.
Ada pula kisah lain yang mengatakan bahwa mesjid ini pernah
dicoba hancurkan oleh Belanda. Upaya ini juga tidak berhasil, dan
sampai sekarang bekas tebasan pedang masih terlihat pada tiang
mesjid ini. Setidaknya kisah ini menjadi cermin kuatnya upaya
masyarakat mempertahankan masjid ini dari serbuan Belanda.
Namun sayangnya masih belum bisa terungkap, fakta-fakta itu
masih terpendam dalam warisan khasanah masa lalu. Kondisi ini
terus menjadi misteri seiring dengan tidak terjawabnya misteri
masjid Asal itu sendiri. Misalnya beberapa pertanyaan berikut:
1. Berapa usia masjid Asal sebenarnya? Hendaknya dilakukan
penelitian ilmiah semisal penghitungan usia kayu masjid.
Mungkin dapat dilakukan dengan karbon isotop 12 (C12)
seperti menghitung fosil peninggalan zaman purba.
2. Apa kandungan air sumur di masjid Asal yang dipercaya
masyarakat bisa menyembuhkan?
3. Apa benar sumur masjid Asal merupakan air dari Telaga
Nampak yang ada di masjid pada masa ulama dan aulia masa
lalu? Konon katanya bisa memperlihatkan niat seseorang
kala ia berada di Telaga Nampak….?
Semua pertanyaan ini cukup urgen untuk dijawab, kiranya
pihak berwenang perlu melakukan langkah-langkah positif untuk
menjawab rasa penasaran masyarakat. Wa Allah a‘lam bissawab.
Sumber: http://www.gayonese.com/2012/10/sejarah-masjid-asal-gayo-lues.html

Saman Gayo Lues Di Banda Aceh


Sejarah Kabupaten Gayo Lues

A. Gayo Lues Pada Zaman Kerajaan Aceh
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda daerah Gayo dan Alas secara resmi dimasukan ke dalam Kerajaan Aceh. Gayo dan Alas dibagi atas beberapa daerah yang disebut Kejurun. Kepada Kejurun diberikan sebuah bawar, pedang (semacam tongkat komando) sebagai pengganti surat keputusan. Daerah Gayo dan Alas dibagi atas delapan Kejuruan. Enam di Gayo dan Dua di Tanah Alas. Di Gayo yaitu Kejuruan Bukit, Lingge, Syiah Utama, Patiambang, Bebesan dan Abuk; di Tanah Alas, Batu Mbulan dan Bambel. Kejuruan Patiambang berkedudukan di Penampakan, dengan luas daerah seluruh Gayo Lues dengan 55 kampung. Kepala pemerintahan dipegang Kejuruan dengan dibantu 4 orang Reje, yaitu Reje Gele, Bukit, Rema dan Kemala, dan delapan Reje Cik yaitu : Porang, Kutelintang, Tampeng, Kemala Derna, Peparik, Penosan, Gegarang dan Padang. Tugas utama Reje dan REje Cik adalah membangun daerahnya masing-masing dan memungut pajak dari rakyat serta memilih Kejuruan. Kejuruan setiap tahun menyetor upeti kepada Sultan Aceh.

 Ekspedisi Van Daalen ke Daerah Gayo Lues
Setelah Sultan Aceh Muhammad Daudsyah menyerah kepada Belanda pada tahun   1903,   maka   Gubernur   Militer   Aceh   Van   Heutsz    memutuskan    untuk menaklukan seluruh Aceh.  Daerah yang belum takluk adalah daerah Gayo Lues dan Alas Van Heutsz memerintahkan Van Daalen untuk menaklukkan kedua daerah tersebut.  Setelah segala sesuatunya daianggap rampung maka Van Daalen mulai menyerang daerah Gayo Lues pada tahun 1904.  Setelah mengalahkan Gayo Laut, Gayo Deret, akhirnya Van Daalen memasuki daerah Gayo Lues di sebuah kampung yang terpencil yaitu Kampung Kela (9 Maret 1904).  Dari sinilah daerah Gayo Lues ditaklukkan benteng demi benteng.  Dimulai dengan menaklukkan Benteng Pasir ( 16 Maret 1904), Gemuyung (18,19,20 Maret 1904), Durin (22 Maret 1904), Badak (4 April 1904), Rikit Gaib (21 April 1904), Penosan (11 Mei 1904), Tampeng (18 Mei 1904).  Hampir seluruh isi benteng dimusnahkan dan yang luka-luka tertawan akhirnya juga dibunuh.  menurut catatan Keempes dan Zentegraaf (Pengarang Belanda) hampir 4.000 orang rakyat Gayo dan Alas gugur, termasuk pejuang Gayo seperti Aman Linting, Aman Jata, H. Sulaiman, Lebe Jogam, Srikandi Inen manyak Tri, Dimus dan lain-lain.

  B.  Gayo Lues Pada Zaman Belanda
Pasukan Belanda yang pergi meninggalkan Gayo Lues ke Tanah Alas kembali lagi pada tahun 1905 untuk menyusun Pemerintahan.  Untuk Gayoo dan Alas dibentuk Pemerintahan Sipil yang disebut Onder Afdeling (Kabupaten).  Onder Afdeling Gayo Lues membawahi tiga daerah yang disebut Landschap (Kecamatan), yaitu :
- Landschaap Gayo Lues di Blang Kejeren dikepalai oleh Aman Safii
- Landschaap Batu Mbulan dikepalai oleh Berakan
- Landschaap Bambel dikepalai oleh Syahiddin
Sejak 1905-1942 Tanah Alas tunduk ke Gayo Lues. Tahun 1926 terjadi pemberontakan rakyat terhadap Belanda di Blang Kejeren yang dipimpin oleh Muhammad Din, pemberontakan gagal, dapat dipadamkan dan Muhammad Din dibuang ke Boven Digul  (Irian) sedangkan kawan-kawannya dibuang ke Cilacap, Sukamiskin dan Madura.

 C.  Gayo Lues Pada Zaman Jepang
Pada tahun 1942-1945 Gayo Lues dijadikan Jepang sebagai daerah pertahanan terakhir jepang. Daerah ini cocok untuk pemusatan militer. Untuk itu pemuda-pemuda Gayo Lues dilatih kemiliteran dalam jumlah yang banyak diharapkan pemuda - pemuda  ini kelak sebagai pendukung militer Jepang. Pemuda-pemuda hasil didikan militer Jepang antara lain adalah Muhammad Din, Bahrin, Zakaria, Maaris, Maat, Jalim Umar, Abdurrahim, Asa, Dersat, Hasan Sulaiman, Ahmad Aman Bedus, Hasan Tejem dan lain - lain yang kelak berjasa dalam agresi I dan II.

D. Gayo Lues Pada Zaman Kemerdekaan
Gema Proklamasi lama baru sampai ke GAYO Lues. Kepastiannya baru di dapat pada akhir September 1945. Pada tanggal 4 Oktober 1945 teks Proklamasi dibacakan lagi di Blangkejeren oleh Muhammad Din.  Pada tahum 1946 Pemerintah Aceh menetapkan daerah pedalaman menjadi satu kabupaten ( Keluhakan ) yang bernama Keluhakan Aceh Tengah. Luhak (Bupati) dan ibukota Kabupaten dimusyawarahkan antara pemimpin dari Takengon, Blang Kejeren dan Kutacane. Setelah diadakan musyawarah terpilihlah Raja Abdul Wahab sebagai Luhak Aceh Tengah sedangkan Takengon dipilih menjadi ibukota, A.R.Hajat menjadi Patih, Mude Sedang menjadi Wedena Takengon, M. Saleh Aman Sari menjadi Wedana Gayo Lues dan Khabar Ginting menjadi Wedana Tanah Alas. Setelah susunan Pemerintahan terbentuk dan berjalan beberapa bulan mulailah terasa kesulitan menjalankan roda pemerintahan mengingat hubungan Takengon-Blang Kejeren-Kutacae sangat jauh.  Atas dasar kesulitan di atas maka sejak tahun 1957 mulailah Gayo dan Alas berjuang membentuk Kabupaten sendiri. Setelah melalui perjuangan penuh liku-liku akhirnya pada tahun 1974 Gayo dan Alas terbentuk menjadi Kabupaten yang dinamakan Kabupaten Aceh Tenggara dengan UU No 4 Tahun 1974 tertanggal 26 Juni 1974.


E. Terbentuknya Kabupaten Gayo Lues
Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1974, maka status Kewedanaan diganti dengan sebutan Pembantu Bupati.  Namun sejak tahun 1975 s.d 1981 status Gayo Lues masih dalam status transisi karena Gayo Lues dijadikan daerah koordinator Pemerintahan untuk 4 Kecamatan.  Baru pada tahun 1982 Kewedanaan Gayo Lues dijadikan Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues dipimpin oleh Pembantu Bupati.  Berhubung karena keterbatasan wewenang ditambah lagi luasnya daerah yang harus dikoordinir dan lagi pula minimnya PAD Aceh Tenggara ada kesan kemajuan pembangunan Gayo Lues dianaktirikan.  Pada pertengahan tahun 90-an transportasi Gayo Lues agak mendekati titik terang dengan berfungsinya sarana jalan, sehingga menjadikan Kota Blang Kejeren sebagai simpang empat, yaitu : Blang Kejeren -Takengon ; Blang Kejeren - Aceh Selatan ; Blang Kejeren Kutacane dan Blang Kejeren - Aceh Timur.  Hal ini memicu percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah Gayo Lues yang mendukung PMDN dan PMDA untuk menanam modal.  Faktor intern di atas ditambah lagi dengan faktor ekstern dengan diresmikannya Pembantu Bupati Simeulu menjadi Kabupaten Administratif, menyusul Pembantu Bupati Bireuen dan Pembantu Bupati Singkil menjadi Kabupaten.  Hal inilah yang merangsang masyarakat gayo Lues untuk mengikuti jejak daerah tersebut di atas.

Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, maka pada akhir tahun 1997 beberapa orang tua bermusyawarah di Blang Kejeren untuk memperjuangkan Gayo Lues menjadi Kabupaten Administratif.  Untuk itu dibentuk sebuah panitia kecil yang dinamakan Panitia Persiapan Peningkatan Status Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues Blang Kejeren, Kabupaten Aceh Tenggara dengan susunan sebagai berikut :

Ketua                :  Drs. H. Maat Husin
Wakil Ketua       :  H. Husin Sabli
Wakil Ketua       :  H. Abdullah Wirasalihin
Wakil Ketua       :  Ak. Wijaya
Wakil Ketua       :  H. Syahuddin Thamin
Sekretaris          :  H. M. Saleh Adami
Wakil Sekretaris :  Drs. Buniyamin,S
Bendahara         :  H. M. Yakob Mas

Dilengkapi dengan biro-biro :
Biro Keuangan    :  Drs. H. Saniman M.        Biro Pendapatan :  Drs. H. Ramli S, MM
Biro Humas        :  Syaril A W.
Biro Seni Budaya :  H. Ibrahim Sabri    
Biro Hukum/Dok.:  Drs. H. M. Salim Wahab
Biro Adat            :  A. Rahim
Biro Umum         :  Rajab Abdullah.

Maksud dan tujuan panitia ini disampaikan kepada Bupati Aceh Tenggara. Bertepuk tidak sebelah tangan, Bupati sangat setuju dan mendukung gagasan yang baik ini. Panitia meminta Bupati agar menyurati Gubernur dan Ketua DPRD I Aceh. Permitaan ini disanggupi Bupati dan Ketua DPRD II  Aceh Tenggara dengan mengirim surat kepada Gubernur dan Ketua DPRD Aceh. Petinggi Aceh lalu menyurati menteri yang terkait di Jakarta termasuk pimpinan DPR, pimpinan Parpol dan lain-lain yang di rasa patut. Proses di Jakarta sedikit agak terhambat mengingat situasi negarapun belum begitu stabil. Karena itu Panitia, Pemerintah Daerah Aceh Tenggara masyarakat Gayo Lues yang berdomisili di Jakarta berjuang terus tanpa mengenal lelah, tanpa biaya yang berlimpah, bekerja tanpa pamrih demi terwujudnya sebuah Kabupaten. Tahun 2000 delegasi dikirim ke Jakarta dari Aceh Tenggara untuk penjajakan dan menemui Menteri Dalam Negri, pimpinan DPR dan Pimpinan parpol untuk mohon bantuan. Setelah melalui proses yang agak panjang akhirnya pada tanggal 30 Agustus 2001 DPOD menetapkan 4 Calon Kabupaten dari Aceh dinyatakan lulus menjadi Kabupaten, sedangkan Gayo Lues dikaji ulang. Masyarakat Gayo Lues, Pemda Aceh Tenggara, Pemda Daerah Aceh, merasa tidak puas dan kecewa, lalu mengirim delegasi lagi ke Jakarta menemui Petinggi di Jakarta termasuk Wapres. Kepada mereka dimohon dengan hormat agar Gayo Lues dapat diluluskan menjadi Kabupaten. Akhirnya DPOD menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten dalam sidangnya pada tanggal 18 Oktober 2001. Tidak lama kemudian pemerintah mengusulkan RUU pembentukan Kabupaten Gayo Lues ke DPR-RI. Dalam sidang Paripurna DPR-RI tanggal 11 Maret 2002 seluruh fraksi menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten beserta 21 Kabupaten/Kota lainya. 

Setelah itu masyarakat Gayo Lues mengusulkan kepada Bupati Aceh Tenggara daftar 5 Calon Pelaksana Tugas Bupati yaitu ;

        - Drs. Ramli S.
        - Drs. H. Syamsul Bahri
        - Drs. H. Harun Al-Rasyid
        - Ir. Muhammad Ali Kasim, MM
        - Drs. Abdul Gafar          

 Pada tanggal 2 Juli 2002 Gayo Lues beserta 21 Kabupaten/Kota lainya diresmikan oleh Mendagri Hari Sabarno sebagai sebuah Kabupaten.  Pada tanggal 6 Agustus 2002 Gubernur NAD, Ir. Abdullah Puteh melantik Ir. Muhammad Ali Kasim, MM menjadi Penjabat Bupati Gayo Lues di Kutacane. Dengan demikian selesailah sebuah perjuangan yang suci untuk mewujudkan sebuah Kabupaten yang dicita-citakan.

Penulis, Drs. H. M. Salim Wahab

sumber : http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/11/name/nanggroe-aceh-darussalam/detail/1113/gayo-lues

Profil Kabupaten Gayo Lues




Nama Resmi            :     Kabupaten Gayo Lues
Ibukota                     :    Blang Kejeren
Provinsi                    :    Aceh
Batas Wilayah          :    Utara: Kabupaten Nagan Raya, Kab.Aceh Tengah dan Kab.Aceh Timur
                                      Selatan: Kabupaten Aceh Tenggara dan Kab.Aceh Barat Daya
                                      Barat: Kabupaten Aceh Barat Daya
                                     Timur: Kabupaten Aceh Tamiang dan Kab.Langkat-Prov.SUMUT
Luas Wilayah           :   5.719,58  Km2
Jumlah Penduduk     :   93.456 Jiwa
Wilayah Administrasi  :  Kecamatan : 11, Keluruhan : 1, Desa :135

Website  :  http://www.gayolueskab.go.id/

                                                                                         (Permendagri No.66 Tahun 2011)