Subscribe:

Beluh Sara Roleten Murum Sara Tamunen

  • Ruang Tamu

    Mes Gayo Lues menyediakan Ruang Tamu/Loby yang nyaman dan mewah

  • Kamar Tidur

    Mes Gayo Lues Memeberikan Kamar Tidur dengan desain yang mewah di lengkapi dengan pasilitas yang dibutuhkan

  • Bangunan Mes Gayo Lues

    Kemegahan Bangunan Mes Gayo Lues Memberikan Kenyamanan Tersendiri bagi pengunjungnya

Jumat, 10 Mei 2013

Sejarah Masjid Asal di Kabupaten Gayo Lues


Masjid Asal merupakan salah satu peninggalan sejarah terpenting
yang harus dilestarikan di dataran tinggi Gayo dan Alas. Sampai
saat ini masjid ini masih berdiri megah di pinggir sungai Desa
Penampaan Belah Imam dengan pesona masa lalunya. Tepatnya,
masjid ini berada di Kecamatan Blangkejeren - Kabupaten Gayo
Lues, kira-kira berjarak sekitar 700 meter dari komplek Pendopo
Bupati Gayo Lues.
Sekilas Sejarah Masjid Asal – Penampaan, Gayo Lues
Sebuah sumber mengatakan bahwa masjid Asal - Penampaan
didirikan pada tahun 815 H/1412 M. Jika informasi ini akurat,
berarti masjid Asal didirikan dalam masa Kerajaan Pasai. Sebab
setidaknya, Kerajaan Pasai telah berdiri dari tahun 1282 M,
(Ibrahim Alfian, 2004: 26) dan jatuh dalam kekuasaan Kerajaan
Aceh Darussalam di tahun 1524 M, (Amirul Hadi, 2004: 13).
Sejak pendiriannya sampai saat ini masjid Asal-Penampaan
tidak pernah dirombak dan tetap difungsikan oleh masyarakat
sekitar sebagai tempat ibadah. Masjid ini dipandang keramat oleh
masyarakat sekitar, sebab secara logika bangunan berkonstruksi
kayu seperti masjid ini tidak mungkin dapat bertahan sampai 500
tahun. Namun kenyataannya, masjid Asal-Penampaan masih tetap
berdiri kokoh sampai sekarang.
Masjid Asal juga menjadi dasar pemberian nama kampung di
mana masjid itu berada. Nama Desa Penampaan berasal dari kata
“penampaan” yang artinya “penampakan/tampak atau terlihat”.
Konon menurut riwayat, di masa lalu masjid ini bisa dilihat dari
berbagai wilayah di Gayo Lues. Mungkin hal ini disebabkan
oleh kondisi wilayah sekitar masjid Asal yang merupakan daerah
datar dan masih minim dihuni penduduk. Dengan demikian ia
bisa dilihat dari berbagai arah yang umumnya berdataran tinggi.
Oleh karena itu, daerah di mana masjid Asal berada disebut Desa
Penampaan (yang tampak dari berbagai arah).
Masjid Asal-Penampaan didirikan atas prakarsa beberapa
tokoh dan pemuka agama. Dari beberapa sumber yang berhasil
dihimpun, tokoh pendiri masjid ini adalah sebagai berikut:
1. Datok Masjid
2. Syekh Siti Mulia
3. Syekh Said Ibrahim
4. Syekh Said Ahmad
5. Syekh Abdurrahman
6. Syekh Abdullah
7. Syekh Abdul Wahab
8. Said Hasan
9. Said Husin
10. Syekh Abdul Qadir
11. Said Ali Muhammad
12. Datok Gunung Gerudung
13. Mamang Mujra
Masjid ini dinamakan masjid Asal karena merupakan masjid
yang pertama sekali dibangun di wilayah sekitar Gayo Lues dan
Aceh Tenggara. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai “Masjid
Asal” yang konotasinya adalah asal-muasal pendirian masjid di
seluruh Gayo Lues dan sekitarnya.
Bangunan fisik masjid Asal dibina dengan kostruksi yang
bahan utamanya adalah kayu. Bahan-bahan bangunan masjid
ini diperoleh dari pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar
desa, bebatuan sungai serta tanah kuning yang ada di sekitar
masjid itu sendiri. Bahan-bahan dasar yang digunakan pada saat
pembangunan masjid ini masih utuh bertahan sampai sekarang,
termasuk dinding dari tanah kuning.
Arsitektur masjid Asal Kampung Penampaan mengikuti
karakteristik arsitektur masjid tradisional Aceh yang berkembang
selama berabad-abad. Arsitektur masjid seperti ini sudah jarang
ditemukan di masa sekarang, kecuali pada masjid yang dibangun
Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila dengan mengadopsi
arsitektur masjid Demak. Arsitektur masjid yang khas ini menjadi
bukti terhubungnya kerajaan Demak dengan Aceh dalam
pengembangan Islam di Nusantara. Dengan demikian, masjid
Asal merupakan salah satu masjid bersejarah yang merekam jejak
pengembangan Islam di Aceh dan Indonesia umumnya.
Arsitektur tradisional bangunan Masjid Asal segera memberi
kesan kepurbakalaan masjid ini. Kesederhanaan konstruksinya
memancarkan kharisma dari kemegahan Islam masa lalu. Kubah
masjid berbentuk runcing berwarna hitam pekat terbuat dari
logam. Atapnya terbuat dari ijuk (serat serabut pohon aren) serta
plafon yang dibuat dari pelepah aren yang dirajut dengan rotan.
Masjid berukuran luas 8 x 10 meter ini dikelilingi oleh dinding
yang terbuat dari tanah kuning di sepanjang sisi tiang sebelah luar.
Empat tiang penyangga utama masjid dihubungkan dengan empat
balok kayu sebagai penyokong kubah dan atap Masjid. Menurut
masyarakat setempat, keempat tiang tersebut merupakan kayu
pilihan yang diambil dari beberapa desa. Dua di antaranya diambil
dari desa Gele-Penampaan, menjadi pelengkap keenambelas tiang
yang masih berdiri dengan kokoh sampai saat ini.
Di bagian luar sebelah kiri masjid terdapat makam para
pendiri masjid. Mereka merupakan tokoh agama yang disegani,
salah seorang di antaranya dikenal sebagai tokoh penyebaran
agama Islam di dataran tinggi tanah Gayo.
Di halaman masjid terdapat sebuah sumur tua yang
dahulu digunakan sebagai sumber air untuk berwudhuk. Dalam
perkembangannya kemudian, sumur ini mulai jarang digunakan.
Namun air sumur ini masih tetap diambil masyarakat meskipun
untuk maksud yang lain. Konon menurut penuturan masyarakat,
sumur tersebut disebut “Telaga Nampak” yang keramat. Air dari
sumur ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit,
menyegarkan jasmani dan digunakan sebagai air untuk tepung
tawar (pesejuk) dalam berbagai acara masyarakat.
Menilik tahun pendiriannya (1412 M), jika ini valid maka
dapat disimpulkan bahwa masjid ini telah berdiri jauh sebelum
berdirinya kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Aceh Darussalam
adalah kerajaan pertama yang menyatukan seluruh wilayah Aceh
dalam satu kekuasaan. Catatan sejarah menunjukkan bahwa upaya
penyatuan oleh Kerajaan Aceh Darussalam ini dimulai dengan
ditaklukkannya kerajaan Daya pada tahun 1520 M.
Di masa kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam, pengelolaan
dan perawatan masjid Asal diemban oleh pejabat kerajaan Kejurun
Patiambang. Kejurun Patiambang merupakan salah satu dari enam
kejurun di daerah Gayo. Keenam teritori tersebut adalah; Kejurun
Bukit, Kejurun Linge, Kejurun Siah Utama, Kejurun Patiambang,
Kejurun Bebesan, dan Kejurun Ambuq. (lihat Snouck Hurgronje,
1996: 107, dst. dan H. M. Gayo, 1983: 51). Untuk pengelolaan mas-
jid Asal, Raja Patiambang mengangkat Reje Cik yang ditugaskan
untuk merawat dan mengelola pelaksanaan kegiatan keagamaan
di Masjid Asal.
Masjid Asal telah mengalami beberapakali renovasi. Pada
tahun 90-an masjid ini di rehab bagian luarnya dengan pemasangan
tembok keliling di sekitar masjid sampai ke perkuburan. Lalu
pada tahun 1989, dilakukan pemasangan kaca pada lubang angin
bagian atas (kubah masjid).
Rehabilitasi di atas dilakukan dalam masa daerah ini masih
masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Lalu pada tahun
2002, daerah ini masuk dalam wilayah pemekaran Kabupaten
Gayo Lues. Maka Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues
melakukan rehabilitasi Masjid Asal, dan menjadikan masjid ini
sebagai icon Kabupaten Gayo Lues.
Pada tahun 2008, masjid Asal direhab kembali dengan
bantuan dana dari BRR NAD-Nias, namun tidak merombak
bangunan dasarnya. Pada masa ini dibangun mesjid baru dengan
konstruksi beton berukuran 60 x 40 meter berdampingan dengan
mesjid lama yang berkonstruksi kayu. Dengan demikian masjid
Asal menjadi dua bagian, bagian utama merupakan bangunan inti,
yaitu masjid Asal yang asli. Sedangkan bagian kedua merupakan
masjid baru sebagai perluasan masjid Asal, sehingga pengujung
akan medapati dua ruang berbeda di dalam masjid.
Masjid Asal Penampaan dipadati pengunjung pada setiap
hari Jumat, mulai dari subuh sampai masuk waktu shalat Jumat.
Para pengunjung berdatangan dari berbagai daerah, baik dari Aceh
sendiri maupun dari luar Provinsi Aceh. Biasanya pengunjung
datang untuk bersedekah, memenuhi niatan dan melunasi
nazar mereka. Selain hari Jumat, masjid akan dipadati pada saat
perayaan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi‘raj,
Megang Ramadhan dan Megang Hari Raya (Idul Fitri dan Idul
Adha). Pada saat-saat seperti ini, masjid akan dipadati pengunjung
untuk beribadah dan memenuhi nazar mereka.
Masjid Asal-Penampaan masih banyak menyimpan misteri
sejarah kehidupan masyarakat Gayo Lues yang belum tergali. Pada
masa kejayaan Kerajaan Aceh, daerah ini dipimpin oleh Kejurun
Patiambang yang banyak berkontribusi bagi hidupnya beragam
adat dan budaya dalam masyarakat. Di masa penyerbuan Kolonialis
Belanda ke tanah Gayo, konon masjid ini pernah dibom, tapi
anehnya bom itu tidak meledak.
Ada pula kisah lain yang mengatakan bahwa mesjid ini pernah
dicoba hancurkan oleh Belanda. Upaya ini juga tidak berhasil, dan
sampai sekarang bekas tebasan pedang masih terlihat pada tiang
mesjid ini. Setidaknya kisah ini menjadi cermin kuatnya upaya
masyarakat mempertahankan masjid ini dari serbuan Belanda.
Namun sayangnya masih belum bisa terungkap, fakta-fakta itu
masih terpendam dalam warisan khasanah masa lalu. Kondisi ini
terus menjadi misteri seiring dengan tidak terjawabnya misteri
masjid Asal itu sendiri. Misalnya beberapa pertanyaan berikut:
1. Berapa usia masjid Asal sebenarnya? Hendaknya dilakukan
penelitian ilmiah semisal penghitungan usia kayu masjid.
Mungkin dapat dilakukan dengan karbon isotop 12 (C12)
seperti menghitung fosil peninggalan zaman purba.
2. Apa kandungan air sumur di masjid Asal yang dipercaya
masyarakat bisa menyembuhkan?
3. Apa benar sumur masjid Asal merupakan air dari Telaga
Nampak yang ada di masjid pada masa ulama dan aulia masa
lalu? Konon katanya bisa memperlihatkan niat seseorang
kala ia berada di Telaga Nampak….?
Semua pertanyaan ini cukup urgen untuk dijawab, kiranya
pihak berwenang perlu melakukan langkah-langkah positif untuk
menjawab rasa penasaran masyarakat. Wa Allah a‘lam bissawab.
Sumber: http://www.gayonese.com/2012/10/sejarah-masjid-asal-gayo-lues.html

0 komentar:

Posting Komentar